Minggu, 24 Mei 2015

KREATIVITAS


KREATIVITAS

·        Pengertian kreativitas
Menurut David Campbell, kreativitasialah suatu kemampuan untukmenciptakan hasil yang sifatnya baru, inovatif, belum ada sebelumnya, menarik, aneh,dan berguna bagi masyarakat.
Secara umum kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk berfikir tentang sesuatu dengan suatu cara yang baru dan tidak bisa (unusual) dan menghasilkan penyelesaian yang unik terhadap berbagai persoalan
Kreativitas merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menemukan dan menciptakan suatu hal baru, cara-cara baru, model baru, yang berguna bagi dirinya dan masyarakat. Kreativitasmemegang peranan penting dalam kehidupan dan perkembangan manusia. Kreativitas banyak banyak dilandasi oleh kemampuan intelektual, seperti intelegensi bakat dan kecakapan hasail belajar, tetapi juga didukung oleh faktor-faktor efektif dan psikomotor.
·        Perkembangan kreativitas

1.      Tahap sensorok-motorik (0-2 tahun)
Pada tahapini belum memiliki kemampuan untuk mengembangkan kreativitasnya. Sebab, pada tahap ini tindakan-tindakan anakmasih berupa tindakan-tindakan fisik yang bersifat refleksif, pandangannya terhadapobjek masih belum permanen, belummemiliki konseptentang ruang dan waktu, belum memilikikonsep sebab-akibat, bentukpermainannya masih merupakan pengulangan reflek-reflek, belum memilikikonsep tentang diri, dan belum memi  liki kemampuan berbahasa.
2.      Tahap praoperasional (2-7 tahun)
 Pada tahapini kemampuan mengembangkan kreativitas sudah mulai tumbuh karena anak sudah mulai mengembangkan memori dan telah memiliki kemampuan untuk memikirkan masa lalu dan masa yang akan datang, meskipun dalam jangka waktuyang pendek.
3.      Tahapoperasionalkonkrit (7-11 tahun)
Faktor-faktor yang memungkinkan semakin berkembangnya kreativitasitu ialah :
a.       Anak sudah mulai mampu untuk menampilkan operasi-operasi mental
b.      Mulai mampu berfikir logis dalambentukyang sederhana.
c.       Mulai berkembang kemampuan untukmemelihara identitas-identitas diri.
d.      Konsep tentang ruang sudah semakin meluas.
e.       Sudah amat menyadari akan adanya masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang.
f.       Sudah mampu mengimajinasi sesuatu, meskipun biasanya masih memerlukan bantuan objek-objek konkrit.

4.      Tahap operasionalformal(11 tahun keatas)
Beberapa faktor yang mendukung berkembangnya potensi kreativitas ini, yaitu :
a.       Remaja sudah mampu melakukan kombinasi tindakan secara proposional berdasarkan pemikiran logis.
b.      Remaja sudah memiliki pemahaman tentang ruang relative.
c.       Remaja sudah memilikipemahaman tentang waktu relative.
d.      Remaja sudah mampu melakukan pemisahan dan pengendalian variabel-variabel dalam menghadapi masalah yang kompleks.
e.       Remaja sudah mampu melakukan abstraksi relative dan berfikir hipotesis.
f.       Remaja sudah memiliki diri ideal.

·        Faktor –faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kreativitas
Clark (1983) mengkategorikan faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas kedalam 2 kelomok :
1.      Faktor yang mendukung :
a.       Situasi yang menghadirkan ketidak lengkapan serta keterbukaan
b.      Situasi yang memungkinkan dan mendorong timbulnya banyakpertanyaan.
c.       Situasi yang dapat mendorong dalam rangka menghasilkan sesuatu.
d.      Situasi yang mendorong tanggung jawab dan kemandirian.
2.      Faktor-faktor yang menghambat :
a.       Tidak menghargai terhadap fantasi dan hayalan.
b.      Otoritarianisme.
c.       Diferensiasi antara bekerja dan bermain.
d.      Stereotif pean seks/jenis kelamin
e.       Kurang berani dalam melakukan eksplorasi, menggunakan imajinasi, dan penyelidikan.
Utami Munandar (1988) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas adalah :
a.       Usia.
b.      Tingkat pendidikan orang tua.
c.       Tersedianya fasilitas.
d.      Penggunaan waktu luang.

·        Variasi Kreativitas
Ada lima diantaranya :
a.       Jenis kelamin, anak laki-laki menunjukkan kreativitasyang lebih besar dari anak perempuan, terutama setelah berlalunya ,asa kanak-kanak.
b.      Status sosioekonomi, anak dari kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi cenderung lebih kreatif dari anak kelompok yang lebih rendah.
c.       Urutan kelahiran, anak yang lahir ditengah,lahir belakangan dan anak tunggal mungkin lebih kreatif dari yang lahir pertama.
d.      Ukuran keluarga, anak dari keluarga kecil bilama kondisi lain sama, cenderung lebih kreatif dibandingkan anak keluarga besar.
e.       Lingkungan kota versus lingkungan pedesaan, anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif dibandingkan anak lingkungan pedesaan.
f.       Intelegensi, pada setiap umur anak yang pandai menunjukkan kreativitasyang lebih besar dari anak yang kurang pandai.

·        Strategi terbaik agar anak lebih kreatif :

1.      Buatlah anak terlibat dalam brainstorming dan memunculkan sebanyakmungkin ide.
2.      Sediakan lingkungan yang menstimulasi kreativitas anak.
3.      Jangan mengontrol secaraberlebihan.
4.      Doronglah motivasi internal.
5.      Kenalkan anak denganorang-orang kreatif.

·        Upaya Membantu Mengembangkan Kreativitas dan Implikasinya dalam Pendidikan
Dalamkonteks relasidengan anak-anakkreatif Torrance (1977) menamakan relasi bantuan dengan istilah “creative relationship”yang memiliki krakteristik sebagai berikut :
a.       Pembimbing berusaha memahami pikiran dan perasaan anak.
b.      Pembimbing mendorong anak untuk mengungkapkan gagasan-gagasannya tanpa mengalami hambatan.
c.       Pembimbing lebih menekan pada proses dari pada hasil sehingga pembimbing dituntut mampu memandang permasalahan anak sebagai bagian dari keseluruhan dinamika perkembangan dirinya.
d.      Pembimbing tidak memaksakan pendapat, pandangan, atau nilai-nilai tertentu pada anak.
e.       Pembimbing berusaha mengeksplorasi segi-segi positif yang dimiliki anak dan bukan sebaliknya mencari-cari kelemahan anak.

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia / konsep diri



Konsep Diri
Definisi
Konsep diri adalah semua ide-ide,pikiran,kepercayaan,dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (stuart dan sundeen, 1991: 372)
Teori perkembanagan konsep diri
Ø  Konsepdiri belum ada sejaklahir tapi berkembang secara bertahap dan dipelajari
Ø  Melalui kontaksosial dan pengalaman
Ø  Proses eksplorasi diri sendri, hubungan dengan orang dekat dan berarti bagi dirinya
Konsep diri berkembang dengan baik bila...
Ø  Budaya dan pengalaman dalam keluarga memberikan pengalaman yang positif
Ø  Individumemperoleh kemampuan yang berarti
Ø  Mampu beraktualisasi
Sehingga individu menyadari potensi yang ada pada dirinya.
1.      Gambar diri
Gambar diri adalah sikapseseorang terhadap tubuhnya secara sadar atau tidak sadar termasuk persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu.
2.      Ideal diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimanaia harus berperilaku sesuai dengan standar pribadi. Standar ini berhubungan dengan tipe orang atau sejumlah aspirasi cita-cita nilai yang dicapai. Ideal diri mulai berkembang pada masa kanak-kanak yang dipengaruhi oleh orang penting dari dirinya yang memberikan tuntutan atau harapan. Ini diperlakuka oleh individu untuk memacu dirinya ketingkat yang lebih tinggi.
3.      Harga diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri. Harga diri diperoleh darinpenghargaan diri sendiri dan dari orang lain yaitu perasaan dicintai, dihargai dan dihormati.
Jika individu selalu berhasil maka cenderung mempunyai harga diri yang tinggi dan jika individu sering mengalami kegagalan maka cenderung mempunyai harga diri yang rendah.
Untuk meningkatkan harga diri dapat dilakukan dengan :
a.       Memberi kesempatan untuk berhasil yaitu dengan memberikan tugas yang kemungkinan dapat diselesaikan, kemudian diberi pujian atau penghargaan atas keberhasilannya.
b.      Menanamkan/memberi gagasan yang dapat memotivasi kreativitas untuk berkembang.
c.       Mendorong aspirasi dengan menanggapi pertanyaan dan pendapatnya serta memberi dukungan terhadap aspirasi yang positif sehingga merasa diterima.
Harga diri akan meningkat sesuai dengan meningkatnya usia dan sangat terancam pada masa pubertas.
4.      Peran
Peran adalah pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya dimasyarakat. Posisi dimasyarakat dapat menjadikan stressor terhadap peran karena struktur sosial yang menimbulkan kesukaran atau tuntutan posisi yang tidak mungkin dilaksanakan.
5.      Identitas
Identitas adalah kesadaran akan diri merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh.
Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat adalah seseorang yang memandang dirinya berbeda dengan orang lain termasuk persepsinya terhadap jenis kelamin, memiliki otonomi yaitu mengerti dan percaya diri, respek diri, mampu dan menguasai diri, mengatur diri sendiri dan menerima diri.
Konsep Diri Positif
Tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri yang positif adalah :
Ø  Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah
Ø  Merasa setara dengan orang lain
Ø  Menerima pujian tanpa rasa malu
Ø  Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh masyarakat
Ø  Mampu introspeksi diri dan memperbaiki diri
Tanda-tanda individu dengan konsep diri negatif :
Ø  Peka terhadap kritik
Ø  Responsipf sekali terhadap pujian
Ø  Cenderung bersikap hiperkritis. Ia selalu mengeluh, mencela atau meremehkan apapun dan siapapun. Mereka tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada kelebihan orang lain
Ø  Cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain
Ø  Bersikap pesimis terhadap kompetisi
Konsep diri negatif akan mudah menyerah sebelum berperang dan jika ia mengalamikegagalan akan menyalahkan diri sendiri maupun menyalahkan orang lain.
Konsepdiri positif akan bersikap optimis, percaya diri dan selalu bersikappositif terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialami. Kegagalan tidak dipandang sebagai akhir segalanya, namun dijadikan sebagai penemuan dan pelajaran berharga untuk melangkah kedepan. Individu yang memiliki konsep diri positif akan mampu menghargai dirinya sendiri.

Sabtu, 16 Mei 2015

pbsi 2a Emosi

Ø  Definisi Emosi
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak.
Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.
Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia.
Ø  Jenis-jenis Emosi














Gembira






















Sedih

















Terkejut

















Takut



















Malu

















Ø  Ayat Al-Quran tentang perasaan atau jiwa
Allah swt telah menciptakan dan menganugerahkan hati bagi manusia sebagai salah satu perangkat kehidupan yang sangat vital, yang akan membantu melihat dan mendengar seruan Allah swt, yang akan membantunya dapat merasakan apa yang tengah dirasakan oleh orang lain. Namun, kita juga mengetahui bahwa segala sesuatu itu ada, tiada, terjadi, dan tidak terjadi hanya karena Allah swt. Dari sana, kita juga tahu bahwa Allah swt-lah yang telah menciptakan penyakit, dan Allah swt-lah yang memiliki penawarnya. Dan satu-satunya penawar yang paling efektif dan tidak bertentangan dengan syariat Islam untuk menangkal atau mengobati penyakit gelisah adalah dengan cara selalu mengingat Allah swt, sebagaimana telah dikatakan dengan jelas oleh Allah swt di dalam Al Quran :

الَّذِينَ آمَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللّهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram". [ar Ra’d/13 : 28].
Ø  Teori Perkembangan Emosi
Tahun-tahun awal kehidupan seorang anak ditandai dengan peristiwa-peristiwa yang bersifat fisik, misalnya kehausan dan kelaparan serta peristiwa-peristiwa yang bersifat interpersonal, seperti ditinggalkan di rumah dengan pengasuh atau babysitter, yang dapat menyebabkan timbulnya emosi negatif. Kemampuan dalam mengelola emosi negatif ini sangat penting bagi pencapaian tugas-tugas perkembangan  dan berkaitan dengan kemampuan kognitif dan kompetensi sosial. Perilaku awal emosi dapat digunakan untuk memprediksi perkembangan kemampuan afektif. Keluarga dengan orang tua yang memiliki emosi positif cenderung memiliki anak dengan perkembangan emosi yang juga positif, demikian pula sebaliknya.
Emosi memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan anak, baik pada usia prasekolah maupun pada tahap-tahap perkembangan selanjutnya, karena memiliki pengaruh terhadap perilaku anak.
Woolfson, 2005:8 menyebutkan bahwa anak memiliki kebutuhan emosional, yaitu :
1.      Dicintai,
2.      Dihargai,
3.      Merasa aman,
4.      Merasa kompeten,
5.      Mengoptimalkan kompetensi
Apabila kebutuhan emosi ini dapat dipenuhi akan meningkatkan kemampuan anak dalam mengelola emosi, terutama yang bersifat negatif.
Hurlock, 1978:211 menyebutkan bahwa emosi mempengaruhi penyesuaian pribadi sosial dan anak. Pengaruh tersebut antara lain tampak dari peranan emosi sebagai berikut.
1.     Emosi menambah rasa nikmat bagi pengalaman sehari-hari. Salah satu bentuk emosi adalah luapan perasaan, misalnya kegembiraan, ketakutan ataupun kecemasan. Luapan ini menimbulkan kenikmatan tersendiri dalam menjalani kehidupan sehari-hari dan memberikan pengalaman tersendiri bagi anak yang cukup bervariasi untuk memperluas wawasannya.
2.     Emosi menyiapkan tubuh untuk melakukan tindakan. Emosi dapat mempengaruhi keseimbangan dalam tubuh, terutama emosi yang muncul sangat kuat, sebagai contoh kemarahan yang cukup besar. Hal ini memunculkan aktivitas persiapan bagi tubuh untuk bertindak, yaitu hal-hal yang akan dilakukan ketika tibul amarah. Apabila persiapan ini ternyata tidak berguna, akan dapat menyebabkan timbulnya rasa gelisah, tidak nyaman, atau amarah yang justru terpendam dalam diri anak.
3.     Ketegangan emosi mengganggu keterampilan motorik. Emosi yang memuncak mengganggu kemampuan motorik anak. Anak yang terlalu tegang akan memiliki gerakan yang kurang terarah, dan apabila ini berlangsung lama dapat mengganggu keterampilan motorik anak.
4.     Emosi merupakan bentuk komunikasi. Perubahan mimik wajah, bahasa tubuh, suara, dan sebagainya merupakan alat komunikasi yang dapat digunakan untuk menyatakan perasaan dan pikiran (komunikasi non verbal).
5.     Emosi mengganggu aktivitas mental. Kegiatan mental, seperti berpikir, berkonsentrasi, belajar, sangat dipengaruhi oleh kestabilan emosi. Oleh karena itu, pada anak-anak yang mengalami gangguan dalam perkembangan emosi dapat mengganggu aktivitas mentalnya.
6.     Emosi merupakan sumber penilaian diri dan sosial. Pengelolaan emosi oleh anak sangat mempengaruhi perlakuan orang dewasa terhadap anak, dan ini menjadi dasar bagi anak dalam menilai dirinya sendiri.
7.     Emosi mewarnai pandangan anak terhadap kehidupan. Peran-peran anak dalam aktivitas sosial, seperti keluarga, sekolah, masyarakat, sangat dipengaruhi oleh perkembangan emosi mereka, seperti rasa percaya diri, rasa aman, atau rasa takut.
8.     Emosi mempengaruhi interaksi sosial. Kematangan emosi anak mempengaruhi cara anak berinteraksi dengan lingkungannya. Di lain pihak, emosi juga mengajarkan kepada anak cara berperilaku sehingga sesuai dengan ukuran dan tuntutan lingkungan sosial.
9.     Emosi memperlihatkan kesannya pada ekspresi wajah. Perubahan emosi anak biasanya ditampilkan pada ekspresi wajahnya, misalnya tersenyum, murung atau cemberut. Ekspresi wajah ini akan mempengaruhi penerimaan sosial terhadap anak.
10. Emosi mempengaruhi suasana psikologis. Emosi mempengaruhi perilaku anak yang ditunjukkan kepada lingkungan (covert behavior). Perilaku ini mendorong lingkungan untuk memberikan umpan balik. Apabila anak menunjukkan perilaku yang kurang menyenangkan, dia akan menerima respon yang kurang menyenangkan pula, sehingga anak akan merasa tidak dicintai atau diabaikan.
11. Reaksi emosional apabila diulang-ulang akan berkembang menjadi kebiasaan. Setiap ekspresi emosi yang diulang-ulang akan menjadi kebiasaan, dan pada suatu titik tertentu akan sangat sulit diubah. Dengan demikian, anak perlu dibiasakan dengan mengulang-ulang perilaku yang bersifat positif, sehingga akan menjadi kebiasaan yang positif pula.
Anak mengkomunikasikan emosi melalui verbal, gerakan dan bahasa tubuh. Bahasa tubuh ini perlu kita cermati karena bersifat spontan dan seringkali dilakukan tanpa sadar. Dengan memahami bahasa tubuh inilah kita dapat memahami pikiran, ide, tingkah laku serta perasaan anak. Bahasa tubuh yang dapat diamati antara lain : ekspresi wajah, napas, ruang gerak, dan pergerakan tangan dan lengan.
Pada usia prasekolah anak-anak belajar menguasai dan mengekspresikan emosi. Pada usia 6 tahun anak-anak memahami konsep emosi yang lebih kompleks, seperti kecemburuan, kebanggaan, kesedihan dan kehilangan (De Hart, 1992:348), tetapi anak-anak masih memiliki kesulitan di dalam menafsirkan emosi orang. Pada tahapan ini anak memerlukan pengalaman pengaturan emosi, yang mencakup :
1.      Kapasitas untuk mengontrol dan mengarahkan ekspresi emosional.
2.      Menjaga perilaku yang terorganisir ketika munculnya emosi-emosi yang kuat dan untuk dibimbing oleh pengalaman emosional.
Perkembangan emosi pada anak melalui beberapa fase yaitu :
1. Pada bayi hingga 18 bulan
a. Pada fase ini, bayi butuh belajar dan mengetahui bahwa lingkungan di sekitarnya aman dan familier. Perlakuan yang diterima pada fase ini berperan dalam membentuk rasa percaya diri, cara pandangnya terhadap orang lain serta interaksi dengan orang lain. Contoh ibu yang memberikan ASI secara teratur memberikan rasa aman pada bayi.
b. Pada minggu ketiga atau keempat bayi mulai tersenyum jika ia merasa nyaman dan tenang. Minggu ke delapan ia mulai tersenyum jika melihat wajah dan suara orang di sekitarnya.
c. Pada bulan keempat sampai kedelapan bayi mulai belajar mengekspresikan emosi seperti gembira, terkejut, marah dan takut.
d. Pada bulan ke-12 sampai 15, ketergantungan bayi pada orang yang merawatnya akan semakin besar. Ia akan gelisah jika ia dihampiri orang asing yang belum dikenalnya. Pada umur 18 bulan bayi mulai mengamati dan meniru reaksi emosi yang di tunjukan orangorang yang berada di sekitar dalam merespon kejadian tertentu.
2. Usia 18 bulan sampai 3 tahun
a. Pada fase ini, anak mulai mencari-cari aturan dan batasan yang berlaku di lingkungannya. Ia mulai melihat akibat perilaku dan perbuatannya yang akan banyak mempengaruhi perasaan dalam menyikapi posisinya di lingkungan. Fase ini anak belajar membedakan cara benar dan salah dalam mewujudkan keinginannya.
b. Pada anak usia dua tahun belum mampu menggunakan banyak kata untuk mengekspresikan emosinya. Namun ia akan memahami keterkaitan ekspresi wajah dengan emosi dan perasaan. Pada fase ini orang tua dapat membantu anak mengekspresikan emosi dengan bahasa verbal. Caranya orang tua menerjemahkan mimik dan ekspresi wajah dengan bahasa verbal.
c. Pada usia antara 2 sampai 3 tahun anak mulai mampu mengekspresikan emosinya dengan bahasa verbal. Anak mulai beradaptasi dengan kegagalan, anak mulai mengendalikan prilaku dan menguasai diri.
3. Usia antara 3 sampai 5 tahun
a. Pada fase ini anak mulai mempelajari kemampuan untuk mengambil inisiatif sendiri. Anak mulai belajar dan menjalin hubungan pertemanan yang baik dengan anak lain, bergurau dan melucu serta mulai mampu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.
b. Pada fase ini untuk pertama kali anak mampu memahami bahwa satu peristiwa bisa menimbulkan reaksi emosional yang berbeda pada beberapa orang. Misalnya suatu pertandingan akan membuat pemenang merasa senang, sementara yang kalah akan sedih.
4. Usia antara 5 sampai 12 tahun
a. Pada usia 5-6 anak mulai mempelajari kaidah dan aturan yang berlaku. Anak mempelajari konsep keadilan dan rahasia. Anak mulai mampu menjaga rahasia. Ini adalah keterampilan yang menuntut kemampuan untuk menyembunyikan informasiinformasi secara.
b. Anak usia 7-8 tahun perkembangan emosi pada masa ini anak telah menginternalisasikan rasa malu dan bangga. Anak dapat menverbalsasikan konflik emosi yang dialaminya. Semakin bertambah usia anak, anak semakin menyadari perasaan diri dan orang lain.
c. Anak usia 9-10 tahun anak dapat mengatur ekspresi emosi dalam situasi sosial dan dapat berespon terhadap distress emosional yang terjadi pada orang lain. Selain itu dapat mengontrol emosi negatif seperti takut dan sedih. Anak belajar apa yang membuat dirinya sedih, marah atau takut sehingga belajar beradaptasi agar emosi tersebut dapat dikontrol (Suriadi & Yuliani, 2006).
d. Pada masa usia 11-12 tahun, pengertian anak tentang baik-buruk, tentang norma-norma aturan serta nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya menjadi bertambah dan juga lebih fleksibel, tidak sekaku saat di usia kanak-kanak awal. Mereka mulai memahami bahwa penilaian baik-buruk atau aturan-aturan dapat diubah tergantung dari keadaan atau situasi munculnya perilaku tersebut. Nuansa emosi mereka juga makin beragam.